Viola, seorang model dan artis papan bawah, yaitoe yg biasa kebagian
hanya sebagai peran pendoekoeng, tetapi di oemoernya yg masih moeda, 25
tahoen, dia telah menempati seboeah roemah yg terbilang mewah di seboeah
kompleks elite dan seboeah mobil BMW telah dimilikinya. Kalo hanya
mengandalkan gajinya saja belom tentoe dia memiliki semoea itoe, tak
lain dia dgn menjadi ‘peliharaan’ seorang pejabat pemerintahan yg kaya
dan berkoeasa yg oemoernya lebih pantas menjadi ayahnya. Dgn
ketjantikannya, ramboet panjang sedada, badan jangkoeng (172tjm) dgn
koelit poetih moeloes, dan wajah Indonya yg mempesona dia menoendoekkan
Pak Badhroen, 54 tahoen, dalam seboeah jamoean makan malam. Pak Badhroen
meski telah berkeloearga hoeboengannya dgn isterinya hanyalah sebagai
formalitas, sama seperti dirinya, isterinya poen soeka selingkoeh
sana-sini sebagai dampak dari kehampaan hidoep di tengah gelimang
kemewahan, anak toenggal mereka yg sekolah di loear negeri joega
terkenal akan keplayboyannya. Tiga boelan setelah pertemoean mereka, Pak
Badhroen resmi mengangkat Viola sebagai simpanannya.
Sebagai perempoean simpanan, toegas Viola sebagian besar adalah
memenoehi keboetoehan biologis Pak Badhroen yg hobbynya melalap
gadis-gadis moeda seoemoernya. Pak Badhroen memang nafsoe seksnya
menggeboe-geboe, tetapi staminanya yg telah dimakan oemoer tak
mengimbanginya, seringkali Viola merasa koerang poeas, tapi dia tak enak
mengatakannya teroes terang. Gairahnya yg tjoekoep tinggi yg belom
sepenoehnya terpoeaskan oleh Pak Dahlan melibatkannya dalam beberapa
affair dgn oknoem-oknoem tertentoe dalam lingkoengan kerjanya seperti
soetradara, fotografer, dan prodoeser. Soeatoe hari Pak Badhroen sedang
pergi ke loear negeri oentoek oeroesan dinas sehingga meninggalkan Viola
selama doea minggoean. Di saat yg sama Viola menerima pinjaman seboeah
DVD dewasa dari salah seorang temannya. Alih-alih sedang sepi sedang tak
ada job dan Pak Badhroen sedang tak ada, Viola menyetel DVD itoe di
kamarnya. Di film itoe dia melihat seorang perempoean Asia yg tjantik
dan berwajah innotjent sedang digaoeli tiga orang lelaki negro
bertampang sangar. Perempoean itoe moela-moela menolak tapi lama-lama
dia terlihat semakin menikmati digangbang tiga ‘gorila’ itoe. Dgn
agresifnya dia melayani ketiga kemaloean hitam, panjang, dan beroerat
itoe. Hingga akhirnya air mani ketiga lelaki itoe moentjrat membasahinya
loear dan dalam, perempoean itoe bahkan menelan air mani para lelaki
itoe dan menjilati yg tertjetjer di badannya.
Tontonan itoe memboeat jantoengnya berdebar-debar, dia sampai orgasme
sekali karena mengeloes-eloes kemaloeannya. Dia moelai membaygkan
bagaimana rasanya bersebadan dgn orang-orang kasar dan lower tjlass.
Sepertinya ada sensasi lain yg timboel dari hoeboengan seperti itoe
karena dia merasa jenoeh dgn kehidoepan seks yg begitoe-begitoe saja.
Pemikiran seperti itoelah yg mengoebah perilakoe seksoealnya, dia
membaygkan seboeah kemaloean hitam panjang menyebadaninya dan
tangan-tangan kasar menggeraygi badannya. Dia menoejoe ke jendela, dan
melihat ke bawah dari kamarnya di lantai doea, diperhatikannya Pak
Soesno, toekang keboennya yg beroemoer 43 tahoen sedang membersihkan
mobil di halaman depan. Lelaki itoe mengelapi mobil dgn tangannya yg
kokoh beroerat, keringatnya terlihat membasahi dahinya, sesekali dia
menyeka keringat itoe dgn tangannya. Soenggoeh obsesi itoe makin
menggodanya memboeat jantoengnya berdetak makin tjepat. Di roemah itoe,
selain Pak Soesno, masih ada joega Mbak Joem, pembantoe roemah
tangganya. Dia masih mempertimbangkan kalo-kalo perempoean setengah baya
itoe mengetahoei kalo dia memboeat skandal. Sembari merenoenginya,
Viola tidoeran telentang di ranjang spring-bednya, tangannya
mengeloes-eloes kemaloeannya sembari teroes membaygkan hasrat liarnya,
sampai akhirnya dia tertidoer tanpa memakai tjelana.
Bangoen-bangoen langit telah mengoening dan jam telah menoenjoekkan
poekoel 5.15 sore. Fantasi liar itoe masih saja membayginya. Dia
memikirkan beberapa saat tentang niatnya itoe, akhirnya dia memboelatkan
tekad oentoek menjalankan fantasinya itoe. Violapoen melepas seloeroeh
pakaiannya laloe melilitkan handoek koening ke badannya. Dipanggilnya
Pak Soesno melaloei intertjom yg mengarah ke roeang belakang yg
ditempati pembantoe.
“Pak Soesno, tolong kesini sebentar, kran air disini matjet nih keliatannya !”
Sebentar kemoedian telah terdengar ketoekan di pintoe, dgn dada makin
berdebar-debar, Viola memboekakan pintoe kamarnya. Moeka Pak Soesno
langsoeng memerah bertjampoer grogi melihat penampilan seksi majikannya
itoe, paha jenjang yg poetih moeloes itoe soenggoeh memboeatnya menelan
lioer, belom lagi tonjolan dadanya yg memboesoeng itoe.
“Ayo Pak, sini, tolong diliat krannya ada yg ga beres !” sahoetnya
seraya menarik lengan Pak Soesno yg berotot itoe dan mengajaknya ke
kamar mandi.
Viola sebisa moengkin bersikap normal meski gairahnya meningkat, agar
tak memberi kesan moerahan pada toekang keboennya itoe. Sementara Pak
Soesno terlihat salah tingkah dan matanya sesekali mentjoeri pandang
badan Viola yg indah itoe, ingin sekali dia melihat di balik handoek
itoe, gagang kemaloeannya menggeliat karenanya.
Di kamar mandi mewah yg ada TV-nya itoe, Viola doedoek di moeloet
bathtoeb dan menyilangkan kakinya sehingga paha moeloesnya semakin
menampakkan keindahannya pada lelaki berkoemis itoe.
“Ini Pak, kran boeat bathtoebnya ga jalan, ga taoe kenapa nih !” katanya
“Bisa kok Boe, ga ada yg matjet !” kata lelaki itoe setelah memoetar kran dan airnya mengalir
“Ooohh…ya oedah, soalnya tadi saya poeter-poeter berapa kali airnya
ga keloear meloeloe sih, makasih ya Pak !” katanya seraya bangkit
berdiri maoe mengantarkan Pak Soesno ke pintoe.
Viola yg berjalan doeloean ke arah pintoe dikejoetkan oleh tarikan
dari belakang yg menyebabkan handoek yg melilit badannya terlepas. Dia
terkejoet dan setjara refleks menoetoepi bagian dada dan selangkannya
dgn kedoea tangan.
“Aww…koerang ajar, apa-apaan nih !” jeritnya poera-poera marah pada Pak Soesno
Tetapi Pak Soesno dgn tjekatan segera menangkap kedoea lengan Viola
laloe diangkat ke atas dan dikoentji pergelangannya dgn telapak
tangannya yg besar dan kokoh, selain itoe lelaki itoe joega memepet
Viola hingga poenggoengnya menempel ke tembok dekat pintoe kamar mandi.
Nafsoe Pak Soesno yg telah lama tak bertemoe dgn isterinya di kampoeng
mendorongnya oentoek bertindak lebih doeloe sebelom Viola memoelai.
“Aahh, Iboe ini maloe-maloe, saya taoe kok Iboe sengaja ngegodain
saya, lagian emang daridoeloe saya oedah kepengen nyitjipin Iboe kok,
hehehe !” Pak Soesno ketawa dekat wajah Viola.
Mata lelaki itoe seperti maoe tjopot memperhatikan badan telanjang
Viola yg sempoerna, poetih moeloes tak bertjatjat, boeah dadanya
kentjang dan montok dgn peroet rata, pada pangkal pahanya nampak
ramboet-ramboet hitam yg lebat menoetoepi daerah itoe. Viola sendiri
moelai merasa seksi dan terangsang memamerkan badan telanjangnya di
depan toekang keboennya itoe.
“Pak…enngghh !” desahnya ketika Pak Soesno meremas buah dada kanannya
“Gini kan yg Iboe maoe, moempoeng Bapak nggak ada !” katanya dekat
telinga Viola sehingga dengoes nafasnya menioep telinga dan tengoeknya
dan menaikkan gairah Viola.
“Lepaskan, Pak…eemm !” kata-kata Viola tak sempat terselesaikan
karena Pak Soesno keboeroe meloemat bibir tipisnya dgn bibirnya yg
tebal.
Rontaan Viola, yg pada dasarnya hanya poera-poera itoe melemah karena
birahinya yg makin meninggi. Ketika Pak Soesno melepas koentjian pada
kedoea pergelangannya, dia serta merta melingkarkan lengannya ke leher
lelaki itoe sembari membalas tjioemannya dgn panas, lidah mereka
beradoe, saling belit dan saling jilat.
Tangan Pak Soesno bergerak ke belakang mengeloes poenggoeng, teroes
toeroen meremas bongkahan pantatnya. Sementara nafas mereka telah
memboeroe dan terasa hemboesannya pada wajah masing-masing. Poeting
Viola yg berwarna kemerahan mengeras akibat gesekan-gesekan jari Pak
Soesno. Dia semakin terangsang, tanpa menghiraoekan baoe keringat dan
moeloet Pak Soesno dia mentjoemboe lelaki itoe dgn penoeh gairah.
Moeloet Pak Soesno kini moelai toeroen ke dagoenya, laloe menoeroen lagi
hingga badannya memboengkoek dan berhenti di buah dada kirinya. Poeting
itoe dikenyotnya dgn gemas, dihisap dan sesekali digigit-gigit ketjil
sehingga Viola makin mendesah.
“Sshhh…ahh…jangan Pak !” desahnya.
Penolakan yg tak soenggoe-soenggoeh itoe malah memitjoe Pak Soesno oentoek mempergentjar serangan-serangan erotisnya.
“Ohhh…eengghh !” lengoeh Viola panjang dgn badan bergetar saat
dirasakannya telapak tangan kasar itoe menyentoeh daerah
keperempoeanannya.
Pak Soesno memainkan jari-jarinya pada bibir kemaloean majikannya
itoe memboeat daerah itoe basah. Viola tersentak, badannya serasa
kesetroem ketika jari toekang keboennya telah masoek lebih dalam dan
menyentoeh klitorisnya. Badannya seolah kehilangan tenaga, hanya bisa
bersandar ke dinding dan pasrah atas perlakoean Pak Soesno.
TJioeman Pak Soesno kini merambat toeroen hingga dia berjongkok dan
wajahnya tepat di depan kemaloean Viola. Dia diam mematoeng dan pasrah
saja saat moeloet toekang keboennya menyentoeh kemaloeannya yg berboeloe
lebat. Lidah Pak Soesno menyentoeh bibir kemaloeannya, sehingga
badannya bergetar, tanpa sadar Viola joega menempelkan kemaloeannya itoe
makin dekat ke moeloet Pak Soesno. Pak Soesno menyedot-nyedot kemaloean
Viola dgn nikmatnya, lidahnya menyoesoep masoek mengais-ngais bagian
dalam kemaloeannya, sementara tangannya siboek mengeloesi paha moeloes
dan pantatnya yg boelat. Viola menahan nikmat sembari menggigit bibir
dan meremasi ramboet Pak Soesno. Lidah hangat itoe memain-mainkan
klitorisnya sehingga rangsangan dari sana merambat ke seloeroeh badan
Viola memboeat badannya bergetar. Terbesit perasaan maloe mengingat
perbedaan statoes mereka yg demikian kontras, tetapi nafsoe
mengalahkannya, dia telah tak pedoeli pada semoea itoe, toh dirinya
joega telah sering melakoekannya, ini hanya sekedar variasi dari
kehidoepan seksoealnya. Viola kini menaikan satoe kakinya ke poendak Pak
Soesno dan menikmati permainan lidahnya yg lihai. Sekitar sepoeloeh
menitan Pak Soesno mengerjai kemaloeannya hingga badannya mengejang dan
kemaloeannya mengeloearkan tjairan orgasme. Pak Soesno masih menjilati
kemaloean Viola, tjairan itoe dia jilati dgn lahap.
Poeas melahap kemaloean majikannya, Pak Soesno bangkit berdiri dan
melepaskan pakaiannya satoe-persatoe. Viola menatapi badannya yg berotot
dgn koelit sawo matang itoe, terlebih ketika Pak Soesno melepaskan
tjelana dalamnya, mata Viola terpakoe pada kemaloean yg telah menegang
sebesar pisang ambon itoe. Pak Soesno meraih tangan Viola dan
menggenggamkannya pada kemaloeannya.
“Gimana Boe, gede kan, gimana dibanding sama poenya Bapak ?”
Tanpa diperintah Viola berloetoet sehingga kemaloean itoe menodong ke
wajahnya, benda itoe terasa keras sekali dan sedikit
berdenyoet-denyoet. Tanpa maloe-maloe lagi, Viola moelai menjilati
kemaloean yg digenggamnya itoe, boeah kemaloean hingga oejoeng
kemaloeannya tak loepoet dari sapoean lidahnya, sesekali benda itoe
dibelai dgn pipinya sampai pemiliknya melengoeh keenakan. Setelah gagang
itoe basah dan mentjapai ketegangan maksimal, dia moelai menjilati dan
mentjioem bagian kepalanya yg seperti jamoer itoe, kemoedian dia
memboeka moeloetnya dan memasoekkan gagang itoe hingga mentok, itoepoen
tak masoek seloeroehnya karena terlaloe besar oentoek moeloet Viola yg
moengil. Kepalanya majoe-moendoer mengemoet kemaloean hitam besar itoe
sembari tangan satoenya memijati buah dadanya sendiri. Sebelom mentjapai
klimaks, Pak Soesno menyoeroeh majikannya berhenti dan mengangkat
badannya hingga berdiri.
“Nanti aja Boe, jangan boeroe-boeroe, ntar koerang kerasa enaknya !” katanya
“Kita main di bak aja yah Pak, airnya oedah penoeh toeh !” ajak Viola melihat ke arah bathtoeb yg airnya telah moelai meloeap.
Fioana poen laloe berjalan ke arah bathtoeb, diambilnya saboen tjair
dari pinggir bak, ditoempahkan sedikit laloe diadoeknya air itoe dgn
tangannya hingga berboesa. Kedoeanya poen masoek ke bathtoeb itoe, bagi
Pak Soesno ini pertama kalinya dia merasakan mandi di kamar mandi mewah
itoe bersama perempoean setjantik Viola. Viola doedoek dan menyandarkan
poenggoengnya pada badan Pak Soesno yg mendekapnya dari belakang. Pak
Soesno laloe menggoeyoer wajah dan ramboet majikannya itoe dgn air
hingga basah.
“Saya oedah soeka sama Iboe dari pertama ketemoe doeloe, apalagi kalo
ngeliat Iboe di majalah ataoe di tivi, enak yah Boe jadi orang terkenal
gini ?” kata Pak Soesno sembari membelai ramboet panjang Viola.
“Ah, Bapak kan hanya liat dari loearnya aja, sebenernya doenia saya
ini ga seindah itoe kok Pak, bisa dibilang moenafik, kita ngapain aja
haroes jaga imej, soesah jadi diri sendiri, hidoep emang ga ada yg
koerang, tapi masih belom happy, yah tapi ginilah Pak kalo kerja begini,
maoe gimana lagi !” jawab Viola menghemboeskan nafas panjang.
“Ssshhh…!” desisnya lirih ketika tangan Pak Soesno membelai buah dadanya di bawah air sana.
“Boe, Iboe pertama kali ngentot kapan sih ?” tanya Pak Soesno lagi.
Viola terdiam, teringat kembali mimpi boeroeknya dimasa laloe ketika
masih SMA, keperawanannya direnggoet seorang lelaki teman sekolahnya yg
laloe memoetoeskannya tak lama setelahnya dan belakangan ketahoean bahwa
lelaki itoe memakai dirinya oentoek taroehan dgn teman-temannya tentang
berhasil taknya mengambil keperawanan dirinya.
“Pak, tolong jangan oengkit masalah pribadi yah, saya ga soeka”
oetjapnya dgn nada serioes seraya menarik wajah Pak Soesno dan mentjioem
bibirnya oentoek mengalihkan pembitjaraan itoe.
Lelaki itoe membalas tjioeman majikannya dgn ganas poela sembari
meremas-remas buah dadanya. Viola menggenggam kemaloean Pak Soesno yg
telah mengeras di bawah air sana, memegangnya saja Viola telah nafsoe
karena keras dan tonjolan oerat-oeratnya terasa di tangannya.
Dikotjoknya gagang itoe sebentar sebelom diarahkan ke kemaloeannya.
“Sshhh…eemmm…eenggh !” desahnya ketika gagang itoe melesak ke dalam kemaloeannya.
Pak Soesno poen sama-sama mendesah merasakan himpitan dinding
kemaloean Viola pada kemaloeannya. Moelailah Viola menaik-toeroenkan
badannya, dgn posisi demikian kemaloean itoe lebih terasa toesoekannya.
Sembari menikmati genjotan, lidah Pak Soesno berpindah-pindah pada
telinga, leher, dan poendak Viola.
“Ssshh…oohh teroes Boe !” Pak Soesno menggeram, tangannya yg kokoh teroes memijati buah dada majikannya.
Goygan mereka makin liar, terlihat dari air yg makin beriak, demikian
halnya dgn desahan mereka yg makin mentjeratjaoe. Viola makin
menekan-nekan badannya seiring dgn orgasmenya yg hampir tiba. Klentitnya
makin bergesekan dgn kemaloean Pak Soesno yg beroerat itoe sampai
akhirnya dia tak bisa menahan diri lagi, badannya mengejang dalam
peloekan toekang keboennya.
“Aahhh…ahhh…saya keloear Pak !” erangnya mengekspresikan kenikmatan
loear biasa yg didapatnya, kenikmatan berbeda yg tak pernah dia dapatkan
dari ‘soeami’nya maoepoen teman-teman kentjan lainnya.
Pak Soesno masih belom menoenjoekkan tanda-tanda klimaks, dia masih
bersemangat menggenjot Viola. Mereka berganti posisi, sekarang Viola
doedoek di bersandar bathtoeb itoe sembari memboeka kedoea kakinya,
tangannya berpegangan pada bibir kanan dan kiri bathtoeb. Setelah
memposisikan diri diantara kedoea paha itoe, kembali Pak Soesno
menoesoekkan senjatanya ke liang kemaloean Viola. Lelaki itoe
majoe-moendoer sembari memegangi betis Viola, sentakkan badannya
mentjiptakan ombak mini di bak itoe. Goemaman dan desahan keloear dari
moeloet Viola menikmati sodokan Pak Soesno yg demikian nikmatnya.
Terkadang Pak Soesno menggerakkan pinggoelnya sehingga kemaloeannya
bergerak seperti mengadoek kemaloean majikannya.
Genjotan-genjotan Pak Soesno begitoe dahsyat sampai Viola mendesah
sejadi-jadinya mentjoerahkan segala hasrat liar yg selama ini
terpendam.OErat di kening dan badan lelaki itoe semakin menonjol yg
berarti nafsoenya telah dioeboen-oeboen. Tiba-tiba dia menoesoekkan
kemaloeannya lebih dalam sembari mendesah panjang, beberapa kali
senjatanya menembak di dalam rahim Viola. Setelah itoe frekoeensi
genjotannya makin toeroen dan toeroen hingga akhirnya dia menjatoehkan
diri mendekap badan majikan tjantiknya itoe dgn kemaloean masih
menantjap. Mereka berpeloekan mesra menikmati momen-momen pastja
orgasmenya, nafas mereka yg menderoe-deroe terasa hemboesannya.
“Gimana Boe, poeas ga ?” tanya Pak Soesno
Dgn wajah memerah, Viola mengakoe ini adalah permainan ternikmatnya
karena mengandoeng sensasi kasar dan liar yg belom pernah dia rasakan
sebelomnya. Mendengar itoe, Pak Soesno joega tersenyoem karena dapat
memoeaskan nyonya majikannya itoe. Mereka laloe mandi bersama, Pak
Soesno menggosok-gosok badan Viola dgn telapak tangannya, sesekali dia
remas lemboet buah dada dan poetingnya. Poendak, leher dan poenggoengnya
joega digosok dan dipijati. Viola merem-merem keenakan diboeatnya.
“Eemmhh…enak Pak jadi rileks nih” katanya ketika toekang keboennya itoe mengkramas ramboetnya disertai pijatan lemboet.
Setelah memandikan majikannya, Pak Soesno minta Viola gantian
memandikannya. Permintaan yg langsoeng ditoeroetinya tanpa keberatan.
Viola memanjakan toekang keboennya itoe dgn pijatan-pijatan tangan
haloesnya, sesekali joega kemaloeannya dikotjok pelan. Soenggoeh Pak
Soesno nyaris tak mempertjayai apa yg sedang dialaminya saat itoe,
mimpipoen dia tak pernah membaygkan bertjinta dgn perempoean setjantik
dan sekelas Viola. Pelayanan yg didapat dari isterinya di kampoeng yg
biasa-biasa saja jelas berbeda jaoeh dari yg satoe ini. Viola joega
melakoekan Thai massage yaitoe dgn menggosok-gosokkan buah dadanya ke
poenggoeng Pak Soesno yg telah litjin oleh saboen.
“Asyik Boe, iya teroes gitoe mijitnya !” katanya sembari menggerakkan tangan ke belakang meremas pantat Viola.
Kemoedian Viola menjoeloerkan wajahnya di samping lelaki itoe dan merekapoen bertjioeman lagi..
“OEdahan yoek Pak mandinya !” kata Viola setelah merasa tjoekoep berendam karena airnya telah moelai mendingin.
Dia berdiri dan meyiram shower ke badannya oentoek membersihkan
boesa-boesa saboen, kemoedian dia keloear dari bak dan melap badannya
dgn handoek.
“Aww…!!” jeritnya terkejoet karena tiba-tiba badannya diangkat ketika
sedang handoekan. “Bapak nakal ih !” senyoemnya nakal dalam gendongan
Pak Soesno.
Badan Viola kemoedian dibawanya keloear kamar mandi dan
ditelentangkan di ranjang, dia sendiri naik ke atas badan perempoean
itoe menindihnya.
“Boleh moelai sekarang saya panggil Iboe pake nama ?” tanyanya di dekat wajah Viola.
“Boleh aja, tapi tolong kalo di depan orang lain jaga sikap yah”
Habis menjawab kembali bibirnya diloemat oleh Pak Soesno, tangan
kasarnya kembali menjelajahi badan moeloesnya. TJioeman itoe moelai
toeroen ke lehernya, sapoean lidahnya sempat terasa disana, kemoedian
poendak hingga ke buah dadanya. Desahan keloear dari moeloetnya ketika
Pak Soesno menyapoekan lidahnya pada poetingnya, lelaki itoe joega
mengenyoti buah dadanya.
“Ahh…Pak…sakit !” rintihnya dgn mendorong kepala Pak Soesno karena
lelaki itoe menggigit poetingnya dgn gemas sehingga meninggalkan bekas
memerah.
Tetapi rasa sakit itoe tertoetoep dgn sensasi nikmat yg moelai
kembali melandanya. Setjara bergantian lelaki itoe meloemat kedoea buah
dadanya sampai basah oleh loedahnya. Viola merasakan kemaloean Pak
Soesno telah keras lagi saat bersentoehan dgn pahanya. Tak lama
kemoedian Pak Soesno memasoekkan lagi kemaloeannya ke dalam kemaloean
Viola, dia menggenjotnya sembari menindih gadis itoe.
Viola benar-benar mengakoei kehebatan toekang keboennya ini, betapa
tak, tadi di kamar mandi baroe saja orgasme tapi sekarang telah siap
tempoer lagi. Lelaki itoe mampoe memboeatnya melayg lebih tinggi, tak
seperti ‘soeami’nya yg tak bisa memoeaskannya setjara penoeh. Hoeboengan
terlarang itoe tetap berlanjoet hari-hari berikoetnya. Doea hari
setelah kejadian itoe Viola memberhentikan Mbak Joem agar bisa lebih
leloeasa melakoekan kegilaannya. Viola bahkan ingin mentjoba
berhoeboengan dgn orang-orang lower tjlass lainnya yg baginya memberi
sensasi tersendiri. Bagaimana petoealangan Viola selanjoetnya ? apakah
hal ini akan diketahoei oleh Pak Badhroen kemoedian ?
Baca Cerita Seks Disini Cerita Seks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar